Senin, 03 November 2014

Cerita tentang muhammad kasim


Mohamad Kasim Arifin, mahasiswa IPB  selama 15 tahun mengabdi di Waimital, Pulau Seram, lahir 18 April 1938 di Langsa, Aceh Timur. Dia adalah seorang mahasiswa Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 1964 Kasim dikirim oleh fakultasnya untuk menjalani program "Pengerahan Tenaga Mahasiswa" (semacam Kuliah Kerja Nyata sekarang) selama beberapa bulan di Waimital, dengan tugas memperkenalkan program Panca Usaha Tani. Namun yang terjadi malah ia begitu terlibat dengan pengabdiannya mengajar para petani setempat bagaimana meningkatkan hasil tanaman dan ternak mereka. Akhirnya ia lupa untuk pulang dan menyelesaikan skripsinya. 

Kasim menolong masyarakat desa untuk menjadi mandiri. Bersama-sama ia membuka jalan desa, membangun sawah-sawah baru, membuat irigasi, dan semua itu dilakukannya tanpa bantuan satu sen pun dari pemerintah. Masyarakat setempat sangat menghargai kesederhanaan, kedermawanan dan tutur katanya yang lembut. Oleh masyarakat setempat, ia disapa sebagai Antua, sebuah sebutan bagi orang yang dihormati di Maluku. 

Orangtuanya meminta agar Kasim segera pulang namun permintaan itu tidak dihiraukannya. Demikian pula panggilan sekolahnya, bahkan rektor IPB sekalipun, Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasution, tidak dipedulikannya. Panggilan ketiga sekolahnya yang disertai oleh utusan khusus Rektor IPB, yaitu sahabatnya sendiri, Saleh Widodo, akhirnya berhasil menggerakkan Kasim untuk pulang dan menerima gelar insinyur pertanian istimewa, bukan karena ia berhasil mempertahankan skripsinya dalam sebuah ujian, melainkan karena ia telah menunjukkan baktinya selama 15 tahun tanpa pamrih dan gaji. 

Kasim biasanya hanya bersandal jepit. Tapi pada hari wisuda itu, 22 September 1979 itu ia mengenakan jas, dasi dan sepatu, sumbangan teman-temannya, yang cuma membuatnya kegerahan. Taufiq Ismail, penyair Indonesia terkemuka yang juga teman kuliah Kasim, menghadiahinya dengan sebuah puisi yang berjudul: "Syair untuk Seorang Petani dari Waimital, Pulau Seram, yang pada hari ini pulang ke Almamaternya". 

Dalam puisinya, Taufiq menuliskan renungannya:
"Dari pulau itu, dia telah pulang, Dia yang dikabarkan hilang, Lima belas tahun lamanya, Di Waimital Kasim mencetak harapan, Di kota kita mencetak keluhan, (Aku jadi ingat masa kita diplonco Dua puluh dua tahun yang lalu), Dan kemarin, di tepi kali Ciliwung aku berkaca, Kulihat mukaku yang keruh dan leherku yang berdasi, Kuludahi bayanganku di air itu karena rasa maluku, Ketika aku mengingatmu, Sim".

Selesai wisuda Kasim mendapatkan berbagai tawaran pekerjaan, namun yang dilakukannya malah kembali ke desa, ke Waimital. Baru setelah itu, Kasim menerima pekerjaan sebagai dosen di Universitas Syiah Kuala, di Banda Aceh, meskipun hatinya tetap condong untuk mengabdikan keahliannya kepada para petani. Ia pensiun dari jabatannya sebagai dosen pada 1994. 

Pada tahun 1982 Kasim mendapatkan penghargaan "Kalpataru" dari pemerintah untuk jasa-jasanya membangun masyarakat desa dengan wawasan lingkungan hidup. Kasim yang tidak gila pada penghargaan, “membuang” kalpataru itu di bawah kursi dan meninggalkannya begitu saja, hingga akhirnya seseorang mengantarkan kalpataru itu ke rumahnya. 

Kasim menikah dengan Syamsiah Ali, seorang guru Bahasa Indonesia di sebuah SMA di Banda Aceh. Mereka dikaruniai tiga orang anak. Anak sulungnya belajar di Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. "Saya terlambat menikah," Kasim mengaku. Tidak mengherankan, karena sebagian hidupnya diabdikannya sepenuhnya bagi masyarakat Waimital. (Sumber rujukan: Hanna Rambe, "Seorang Lelaki di Waimital", Penerbit Sinar Harapan, 1983).

"Dia di Waimital jadi petani/ Dia menyemai benih padi/ Orang-orang menyemai benih padi/ Dia membenamkan pupuk di bumi/ Orang-orang membenamkan pupuk di bumi/ Dia menggariskan strategi irigasi/ Orang-orang menggali tali air irigasi/ Dia menakar klimatologi hujan/ Orang-orang menampung curah hujan/ Dia membesarkan anak cengkeh/ Orang kampung panen raya kebun cengkeh//". Penggalan puisi di atas ditulis Taufiq Ismail pada tahun 1979, menggambarkan sosok Kasim Arifin. 

Kasim selalu memperlihatkan catatan berisi angka-angka laju kerusakan hutan di Indonesia, yang mencapai rata-rata tiga juta hektar per tahun. Lebih detail lagi, Kasim menghitung laju kerusakan hutan per detik, yang menunjukkan angka 965 meter persegi. Aceh saja, laju kerusakan hutannya rata-rata 200.000 hektar per tahun atau 62,23 meter persegi per detik. 

Dengan laju kerusakan hutan yang begitu besar, ternyata rehabilitasi hutan hanya rata-rata 70.000 hektar per tahun. Sementara pertambahan penduduk yang rata-rata tiga juta jiwa per tahun pada kenyataannya justru mempercepat laju kerusakan hutan, bukan memperbesar rehabilitasi hutan. Mengapa rehabilitasi hutan tidak mampu mengimbangi laju kerusakan hutan?. Manusia hanya mengeksploitasi hutan, selebihnya tak banyak yang bisa diharapkan. 

Di usianya yang semakin senja, Kasim masih sempat menelusuri ruas jalan Ladia Galaska, antara Pinding dan Lokop, yang pembangunannya memicu kontroversi. Ia salah seorang anggota tim terpadu yang ditugaskan pemerintah untuk mengkaji ruas jalan yang masih bermasalah itu. 

Meski harus berjalan kaki berkilo-kilo meter keluar-masuk hutan dan perkampungan, Kasim yang memasuki usia 66 tahun (lahir di Langsa, Aceh Timur, 18 April 1938) tidak tampak kelelahan. "Pekerjaan saya memang seperti ini. Tahun 1960-an saya pernah melintasi jalur ini sampai ke Lokop," ungkapnya. 

Seorang Kasim….. telah lama tiada, tetapi sangat pantas untuk dikenang….. 
Naskah ini saya kumpulkan kembali dari berbagai sumber, untuk mengenang Kasim sebagai seorang guru yang luar biasa. (Rujukan utama: Hanna Rambe, 1983).

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai


Pengertian DAS yang banyak dikenal pada bidang kehutanan, adalah wilayah/daerah yang dibatasi oleh topografi alami yang saling berhubungan sedemikian rupa sehingga semua air yang jatuh pada daerah tersebut akan keluar dari satu sungai utama. Sedangkan pengelolaan DAS diartikan sebagai upaya manusia di dalam mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia dan segala aktifitasnya sehingga terjadi keserasian ekosistem serta dapat meningkatkan kemanfaatan bagi manusia. Asdak (1995: 11) menyatakan bahwa ”Daerah aliran sungai dapatlah dianggap sebagai suatu ekosistem”. Ekosistem terdiri atas komponen biotis dan abiotis yang saling berinteraksi membentuk satu kesatuan yang teratur. Dengan demikian, dalam suatu ekosistem tidak ada satu komponenpun yang berdiri sendiri, melainkan ia mempunyai keterkaitan dengan komponen lain, langsung atau tidak langsung. 

Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet). Oleh karena itu, pengelolaan DAS merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan yang pada dasarnya merupakan usaha-usaha penggunaan sumberdaya alam disuatu DAS secara rasional untuk mencapai tujuan produksi pertanian yang optimum dalam waktu yang tidak terbatas (lestari), disertai dengan upaya untuk menekan kerusakan seminimum mungkin sehingga distribusi aliran merata sepanjang tahun (Marwah, 2001).

Menurut Kartodihardjo, dkk, 2004), secara fisik DAS didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah yang dibatasi secara alamiah oleh punggung bukit yang menerima dan mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui sungai utama dan keluar pada satu titik outlet. Batasan tersebut menunjukkan bahwa di dalam DAS terdapat wilayah yang berfungsi menampung dan meresapkan air (wilayah hulu) dan wilayah tempat air hampir berakhir mengalir (wilayah hilir).  Nugraha, dkk  (1997: 1) mengemukakan bahwa dengan berpedoman pada ekosistemnya, wilayah DAS dapat dibagi menjadi (1) sub sistem DAS bagian hulu (upland watershed), (2) sub sistem DAS bagian tengah (midland watershed), dan (3) sub sistem DAS bagian hilir atau pantai (lowland watershed). Masing-masing sub sistem DAS tersebut di atas mempunyai karakteristik (ciri khas) dan sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) sendiri-sendiri, sehingga akan mempunyai daya dukung dan daya tampung lingkungan yang berbeda, akibatnya dalam usaha pengelolaan lingkungan harus disesuaikan dengan kondisi tersebut dan diikuti dengan tindakan dan pengambilan kebijakan yang mengikuti ciri khas dan potensi sumberdaya alam yang ada.

Pengelolaan DAS adalah suatu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya tanah dan air. Termasuk dalam pengelolaan DAS adalah identifikasi keterkaitan antara tataguna lahan, tanah dan air, dan keterkaiatan antara daerah hulu dan hilir suatu DAS (Asdak, 2002). Secara hidrologi, pengelolaan DAS berupaya untuk mengelola kondisi biofisik permukaan bumi, sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu hasil air (water yield, total streamflow) secara maksimum, serta memiliki regime aliran (flow regime) yang optimum, yaitu terdistribusi merata sepanjang tahun (Purwanto, 1992).

Undang-Undang RI No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, menyebutkan bahwa penyelenggaraan kehutanan yang bertujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat adalah dengan meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) dan mempertahankan kecukupan hutan minimal 30 % dari luas DAS dengan sebaran proporsional. Sedangkan yang dimaksud dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (UU No 7 tahun 2004 tentang Sumber daya Air).

Pengelolaan DAS mempunyai pengaruh terhadap produktivitas dan fungsi DAS secara keseluruhan. Oleh karena itu di dalam pengelolaan DAS harus diarahkan pada target sebagai berikut :
  1. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi;
  2. Mampu menjamin kelestarian DAS, yaitu menjamin produktivitas yang tinggi, erosi dan sedimen serendah ungkin, dan fungsi hidrologi DAS memberikan water yield yang tinggi dan cukup merata sepanjang tahun;
  3. Mampu membina DAS yang lentur terhadap goncangan perubahan yang terjadi (resilient);
  4. Tetap menjamin terlaksananya unsur-unsur pemerataan (equity) pada petani. (Arsyad et-al, 1985 dalam Tikno, 1999)
DAS tidak dapat dibagi dan dikelola berdasarkan sistem administrasi pemerintahan selain itu daerah bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi. Oleh karena itu perubahan penggunaan lahan di daerah hulu memberikan dampak di daerah hilir dalam bentuk fluktuasi debit air, kualitas air dan transport sedimen serta bahan-bahan terlarut di dalamnya. Oleh karena itu pengelolaan/manajemen Das tidak bisa dilakukan hanya sebagian-sebagain saja (parsial) menurut wilayah admintrasi atau kewenangan lembaga tertentu saja namun harus dilakukan secara menyeluruh (holistik) sehingga semua aspek yang terkait dalam DAS dapat diperhatikan dan dipertimbangkan dalam perencanaan, pengorganisasian, implementasi maupun kontrol terhadap seluruh proses pengelolaan yang telah dibuat.
Perencanaan dan pengelolaan DAS merupakan aktivitas yang berdimensi biofisik (seperti, pengendalian erosi, pencegahan dan penanggulangan lahan-lahan kritis, dan pengelolaan pertanian konservatif); berdimensi kelembagaan (seperti, insentif dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan bidang ekonomi); dan berdimensi sosial yang lebih diarahkan pada kondisi sosial budaya setempat untuk menjadi pertimbangan di dalam perencanaan suatu aktivitas/teknologi pengelolaan Daerah Aliran Sungai sebagai satuan unit perencanaan pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Oleh karenanya pengelolaan DAS tidak bisa hanya menjadi domain satu bidang ilmu saja (misalnya bidang Kehutanan saja) namun haruslah interdisipliner sehingga semua dimensi biofisik, kelembagaan, dan sosial dalam pengelolaan DAS dapat dipertimbangkan secara baik dan benar. Selain itu dari aspek kewenangan terhadap pengelolaan, seringkali dalam satu kawasan DAS banyak institusi yang terlibat sehingga perlu adannya koordinasi yang baik diantara institusi/stakeholder yang terkait dengan kegiatan pengelolaan DAS.
Pada akhirnya agar pengelolaan DAS dapat dilakukan secara optimal, maka perlu dilibatkan seluruh stakeholders dan direncanakan secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan DAS sebagai suatu unit pengelolaan. Pelaksanaan yang ditunjang oleh peratuan perundangan dan sistem pendanaan yang memungkinkan mekanisme kerjasama yang baik antar stakeholders, antar sektor dan adanya pembagian biaya dan keuntungan antar bagian hulu dengan bagian hilir. Ini berarti aspek kelembagaan dalam pengelolaan DAS/DTA sangat penting untuk ditata sejalan dengan adanya perundangan dan otonomi daerah.

Kamis, 30 Oktober 2014

KENYAMANAN ITU HARUS DIRASAKAN BUKAN DICARI..

Kenyamanan itu kini tak lagi dapat dirasakan, ingin rasanya membuka semua lembaran-lembaran yang telah tertutup rapat dimasa lalu dan berada ditengah-tengah kenyamanan itu. Memang tak selamanya akan ada kenyamanan itu, tetapi akan terasa berbeda disetiap harinya jika seseorang dapat menemukan dan merasakannya. Apa yang selama ini tak pernah terfikirkan tentang kenyamanan yang sebelumnya tak begitu berarti tetapi kini semua menjadi begitu berarti disaat semua itu menghilang dan menjadi salah satu yang sangat berarti dalam menjalani hari-hari yang terlalu indah ini untuk dilalui begitu saja tanpa ada catatan dan kisah perjalanan hidup seseorang untuk mencapai salah satu yang bisa membuat seseorang merasakan kebahagiaan. Tanpa adanya kenyamanan itu, semua hal yang telah dilakukan disini tak lagi berarti apa-apa. Dapat tersenyum, tertawa, berbagi suka tapi tidak bisa berbagi duka, dan itu semua hanyalah topeng belaka semata-mata hanya untuk menutupi rasa tidak adanya kenyamanan itu. Haruskah bertahan tanpa adanya kenyamanan itu diantara orang-orang yang setiap harinya terlihat oleh pandangan mata bahkan sebagian waktu terlewatkan bersama mereka ? Mengapa kenyamanan itu tak bisa dirasakan hingga saat ini ? Tak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini karena kenyamanan itu bukan didapatkan tapi harus dirasakan. 

Justru disaat bersama orang-orang yang jarang bertemu, disitulah kenyamanan itu dapat dirasakan kembali dengan mereka yang mempunyai background kehidupan berbeda, mulai dari suatu hal kecil yang terjadi pun akan sangat membekas dihati dan selalu menjadi salah satu momment berharga disaat bersama mereka. Mungkin perbedaan itulah yang dapat mempersatukan hingga kenyamanan diantaranya akan jelas terasa. Bersama merekalah semua dapat terluapkan baik cerita suka maupun duka. Tersenyum lebar, tertawa lepas, berbagi canda, bernyanyi bersama, bertukar fikiran, terciptanya kekompakan, dan yang terpenting adalah dapat merasakan indahnya kebersamaan. Semua hal itu terasa begitu berarti, berada diantara mereka dapat merasakan kenyamanan itu yang tak bisa didapat disini, dengan mereka yang setiap hari terlihat. Semua terlihat jelas jika semua kenyamanan itu tercipta dengan sendirinya tanpa direkayasa.  Memang lebih sulit bersatu dengan orang-orang yang mempunyai background kehidupan yang sama ataupun bersatu dengan orang-orang yang tak asing bahkan sebagian waktu bersama mereka karena konflik itu pun akan dengan mudahnya datang yang terlebih lagi tak ada rasa kenyamanan disini, akan lebih banyak pula sesuatu yang tak terungkapkan berbeda dengan orang-orang yang jarang terlihat oleh pandangan mata, jika bertemu sekali saja akan ada banyak hal yang dapat diceritakan kepadanya. 

Semua itu yang membuat suasana menjadi berbeda tanpa ada rasa canggung diantaranya. Berusaha memahami semua yang terjadi, kenyamanan bukanlah suatu hal yang harus didapat melainkan sesuatu yang harus dirasakan karena tanpa adanya kenyamanan itu, hari-hari yang dilalui akan terasa biasa saja. Kenyamanan memang harus dirasakan jika ingin hidup menjadi lebih berarti namun bukan berarti pula kenyamanan itu selalu dapat dirasakan. Ada saatnya pula seseorang merasakan ketidaknyamanan itu, sebelum hal itu terjadi lebih baik menyadarinya terlebih dulu. Kenyamanan dapat dirasakan jika hati kecil seseorang merasa senang, damai, tenteram, dan nyaman disaat itu pula. Jadi, berusahalah untuk merasakan kenyamanan itu dimanapun dan kapanpun (Semoga kenyamanan itu dapat terasa kembali disini seperti disaat berada diantara mereka dulu pada hari-hari yang indah ini, terlalu sia-sia untuk menyesali semuanya dikemudian hari. Hidup terlalu berharga untuk diratapi tapi Hidup itu harus dijalani dengan selalu berada dijalan lurus-Nya agar mendapat ridha dan rahmat dari-Nya..)

Cerita tentang aktiviis

Jika ada suatu pilihan, yang berada didepan kita semua & kita diharuskan untuk memilih pilihan tersebut. Tentang suatu pertanyaan klasik nan sederhana, tentang apa mimpi, harapan & cita - cita ketika sudah beranjak menjadi manusia dewasa kelak ? Pilot, Pengusaha, Arsitek, Designer, Pelukis, Musisi, Presiden, Guru & Artis. Itulah beberapa jawaban pertama & terdepan, kita semua ketika timbul pertanyaan seperti itu yang seolah menjadi jawaban monoton dari generasi ke generasi. Yang tidak akan berubah ditelan perkembangan jaman sekali pun. Tapi bagaimana ketika anda & kita semua, mendengar sesuatu yang berbeda yaitu mempunyai mimpi & cita – cita menjadi seorang Aktivis ?

Tidak peduli itu Aktivis Kemanusian, Sosial & Lingkungan, tetapi tetap satu nama kesatuan yaitu Aktivis. Inilah suatu pilihan yang banyak, dari anak muda saat ini menghindari jauh – jauh hal tersebut. Bukan tanpa alasan, banyak anak muda yang menghindari pilihan menjadi Aktivis. Karena sejatinya, menjadi seorang Aktivis tidak akan membuat mereka kaya seperti menjadi karyawan atau pengusaha yang bercokol rapi & tegap digedung mewah bertingkat yang berjajar rapi disetiap sudut jalan Sudirman. Dan belum tentu bisa membuat kita, bisa pergi ke Paris, New York, Berlin, Wina, Korea & Jepang. Seperti mimpi indah kita, ketika tertidur lelap di at askasur berbusa atau khayalan indah ketika membaca bait per bait kata menjadi sebuah susunan kalimat indah dinovel fiksi.

Menjadi seorang Aktivis pun, tidak mempunyai tunjangan pasti tentang hari tua ketika senja menjelang diperaduan. Jangankan memikirkan tunjangan dihari tua nanti, untuk memikirkan gaji saja tidak bisa karena tidak  ada satu pun Aktivis yang dibayar atau diberikan gaji seperti karyawan kantoran setiap bulannya. Entalah apa yang sesungguhnya mereka cari selama ini dengan menjadi Aktivis, yang pasti mereka yakini ketika memilih menjadi seorang Aktivis adalah hidup yang singkat ini bisa lebih & lebih berguna ketika tangan, kaki, mata, telinga bisa berguna untuk sesama mahluk hidup disekitar bukan hanya berguna diatas meja kantor nan rapi & bersih.

Tidak butuh seorang Profesor, Dokter & Sarjana dengan nilai Cumlaude Predikat A+ untuk menjadi seorang Aktivis. Karena yang dibutuhkan menjadi seorang Aktivis, adalah rasa kepedulian satu rasa, satu hati & satu keyakinan bahwa selagi hidup maka berbuat yang terbaiklah untuk sesama mahluk hidup terutama manusia. Yang akan menjadi bekal & episode penutup, yang akan membuat kita tenang ketika nanti menutup mata.
 
Tapi walau banyak anak muda yang menghindari pilihan tersebut setiap detiknya,  tapi setiap detiknya juga banyak tumbuh generasi penerus Aktivis yang sudah menjelang usia senja. Seolah negeri ini, tidak pernah lelah & letihnya melahirkan generasi yang tak hanya sekedar pandai secara otak tapi juga generasi yang punya moral & harapan lebih baik untuk Bumi Pertiwi ini. Tidak hanya lewat tutur kata yang terlontar rapi dari mulut manis, tapi juga dari tindakan & perbuatan.

Cerita pagi tentang persahabatan

Arti Sahabat adalah segalanya.
Sahabat adalah orang ketiga dari orang tua dan guru di sekolah.
Terkadang di saat kita butuh seorang sahabat,ia selalu ada buat kita.
Tidak semua sahabat kita itu saling ada buat sahabat-sahabatnya yang lain.
Terkadang dengan kesibukan mereka masing-masing mereka tidak selalu ada buat kita.
Jadi kita harus saling ngerti satu sama lain.


Sahabat Yang baik adalah mereka yang mengisi kekuranganmu bukan mengisi kekosonganmu(Kahlil Gibran) Seorang sahabat adalah Kado yang anda berikan kepada diri anda sendiri.
Sifat-Sifat Seorang Sahabat :
  • Jika Engkau membuat bakti kepadanya,ia akan melindungimu.
  • Jika Engkau rapatkan persahabatan dengannya,ia akan membalas baik persahabatanmu itu.
  • Jika Engkau Memerlukan Pertolongan daripadanya berupa uang dan sebagainya,ia akan membantumu.
  • Jika Engkau menhulurkan sesuatu kebaikan kepadanya,ia akan menerima dengan baik.
  • Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik darimu,ia akan menutupnya.
  • Jika Engkau meminta suatu bantuan daripadanya ia akan mengusahakannya.
  • Jika Engkau berdiam diri(karena malu hendak meminta),ia akan menanya kesusahanmu.
  • Jika Engkau berkata kepadanya,ia akan membenarkannya.
  • Jika Engkau meraqncang sesuatu,ia akan membantumu.
  • Jika Engkau berselisih faham,Niscaya ia lebih senang mengalah untuk kepentingan persahabatan


 Menjalin persahabatan dengan lawan jenis memang sah-sah saja. Bahkan tak sedikit wanita yang lebih memilih kaum pria sebagai tempat curhat ketimbang rekan-rekan wanita yang dinilainya lebih suka "bergosip ria" atau tidak bisa dipercaya. Begitu juga sebaliknya, tak sedikit pria yang lebih memilih bersahabat dengan rekan wanita, yang salah satu alasanya mungkin untuk bisa mendapatkan pandangan lain dari sudut lawan jenis.
Namun, terlepas dari apapun alasan nya, tak jarang persahabatan seperti ini dinilai lain oleh masyarakat. Karena saking dekatanya dan kerap kali bertemu, tak jarang pasangan sahabat ini dikira pasangan yang tengah dimabuk asmara. Tapi bagaimana bila penilaian ini terlontar pada persahabatan di mana keduanya sudah mempunyai pacar atau pasangan hidup resmi, istri atau suami? Kalo hal ini terjadi salah2 bisa memacu konflik besar yang akan mengarah pada perceraian.
Tidak ada yang bisa menyangkal, terkadang persahabatan seseorang bisa membuat iri banyak orang. Bayangkan dia sepertinya punya tempat yang akan dengan setia menjga dan menampungnya. Persahabatan itu sendiri dibangun dari saling kepercayaan yang tinggi dan saling mengerti tanpa harus dibicarakan atau diutarakan terlebih dahulu. Tak hanya itu selain menjadi tempat berkeluh kesah dan adu argumentasi, sahabat adalah orang yang bisa paling jujur di dunia untuk mengomentari segala hal tentang anda meski akan menyakitkan anda sekalipun.
Namun, tampaknya persahabatan yang Anda bangun ini akan menjadi ancaman bila pacar atau pasangan resmi sahabat Anda kurang mengerti dengan bentuk persahabatan yang Anda bina. Salah2 karena Anda kerap kali meminta saran untuk segala kegiatan hidupnya, mulai karier hingga keluarganya, Anda akan dikira memasuki teritorial orang lain. Dalam arti, pasangan resmi sahabat Anda mungkin saja akan merasa menjadi orang nomor dua dalam hidup pasangannya dan tidak menerimanya.
Satu hal lagi yang akan semakun membuat keadaan parah adalah bisa2 sahabat anda cenderung mengeksekusi sesuatu hal berdasarkan gagasan Anda. "Jangan2 istriku itu berselingkuh dengan sahabatnya", pikiran tersebut mungkin saja akan terlontar pada benak pasangan resmi sahabat Anda.
Bila dilihat, persahabatan yang Anda bangun ini bukan waktu yang singkat. Anda sudah mengenalnya jauh hari sebelum sahabat Anda mengenal dan bahkan menikah dengan pria/wanita pujaannya. Namun itulah realitas hidup. Jalinan persahabatan yang "beda" pun sebenarnya sudah bisa ditangkap dengan kasat mata. Yakni jika seseorang "punya hati" terhadap sahabatnya maka bisa dibaca lewat gerak geriknya, cara memandang, pemilihan kata-kata bahkan kadang sikap salah tingkah, sedikit banyak menunjukkan bahwa dia berharap banyak dari sekedar persahabatan.
So’ gimana cara untuk menjaga persahabatan dengan lawan jenis ini agar tidak mengarah pada perselingkuhan dan tetap bisa berlansung lama? Simak yukk ..
  1. Yang pasti, sejak awal luruskan niat terlebih dahulu. Pasalnya persahabatan yang dimulai dengan niat yang tidak benar bisa saja mengarah pada perselingkuhan. Awali persahabatan dengan sungguh2 karena ada kesamaan sifat, pandangan, hobi, selera dsb. Bukan karena tujuan ingin menjadikan sebagai pacar setelah merebut simpatinya.
  2. Harus ada trust. Apapun yang diceritakan sahabat karena dia menganggap Anda bagia dari hidupnya. Mengkhianati kepercayaan nya berarti Anda sudah bosan dengan pertemanan itu dan bersiap mencari musuh.
  3. Tetap profesional bila bersahabat dengan rekan kantor. Dan persahabatan yang baik adalah persahabatan yang tidak bakal mengorek "isi perut" Anda.
  4. Menjaga privasi masing2. Jangan intervensi dlm masalah sahabat
  5. Kenali pasangan masing2 dan tekankan bahwa tidak semua hal bisa diceritakan kepada sahabat
  6. Jangan posesif.
  7. Keterusterangan itu kadang menyakitkan.
  8. Berpikir dan bertindak positif. Jika mengobrol tentang suatu hal, arahnya bukan mencela, tapi mendiskusikan, dengan begitu seseorang dapat membangkitkan rasa percaya diri sahabatnya.
Di dunia ini, semua orang pasti butuh sahabat. Walaupun orang jahat yang paling jahat sekalipun, dia pasti juga butuh sahabat.
Dalam perjalanan menuju sukses,kita perlu sahabat yang benar-benar tulus membantu serta membimbing kita.Melalui mereka,kita akan mendapat kekuatan dan tidak mudah bimbang ketika menghadapi halangan ata musibah karena sahabat sentiasa berdiri di samping kita,Memberikan dukungan dan doa agar kita boleh melewati masa-masa sulit yang pasti akan terjadi dalam hidup kita.
Masalahnya apakah kita memiliki sahabat sejati,yang tetap berada di sisi kita saat kesulitan singgah dalam hidup kita?Pengalaman kita memperlihatkan banyak orang mengaku sahabat kita.Saat kita berada dipuncak kesuksessan dan banyak wang mereka selalu ada di sekeliling kita mendampingi kita seolah-olah bodyguard yang siap melindungi kita dari bencana.Akan tetapi ketika kita dirundung masalah yang berat dan keadaan kewangan kita buruk,mereka tidak menampakkan batang hidungnya dihubungi untuk dimintai pertolongan pun sering sulit.

wanita hebat ..

Ku tahu engkau wanita dengan selembut rasa yang ada
Walau engkau kini tak seceria dulu
Kini engkau dalam dilema akan sebuah penghianatan cinta

Jangan lemah wahai wanita yg ku panggil "wanita hebat"
Bangkitlah dalam semangat yang pernah ku kenal
Jangan kau sesali apa yang pernah terjadi
Bukan berarti bunga layu tak lagi mekar kembali
Karena wanita hebat seperti dirimu tak patut bersedih
terhadap kehidupan yang ada didunia ini

Tersenyumlah wahai engkau, secerah mentari pagi & sambutlah hari-hari mu dengan langkah ketegaran..
Buanglah rasa ketakutan mu yang membuat mu larut di dalamnya

Karena engkau masih memiliki sesuatu yang berarti dalam hidup mu.,

Sesuatu tersebut adalah ketegaran dan kekuatan engkau dalam menghadapi dan menjalani hidup ini

semangat untuk wanita hebat ku !!
19 08 1994

cerita tentang disiplin

cerita tentang disiplin

Di Afrika, setiap pagi singa bangun dari tidurnya dengan kesadaran penuh bahwa ia harus berlari lebih cepat daripada rusa atau ia akan mati kelaparan. Setiap pagi pula, rusa bangun dari tidurnya dengan kesadaran penuh bahwa ia harus berlari lebih cepat daripada singa atau ia akan mati dimangsa.

Sementara singa dan rusa memperjuangkan hidup di Afrika, di sini kita pun sama. Bedanya adalah perjuangan singa dan rusa sebatas isi perut, sedangkan perjuangan kita adalah demi kesuksesan tanpa batas. Demi meraih kesuksesan itu, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, kita membuat janji dan rencana tentang hal-hal yang akan kita lakukan sepanjang sisa tahun ini.

Tetapi, bila kita melihat ke belakang, sepertinya ada banyak janji dan rencana kita yang tidak menjadi kenyataan. Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, tetapi hidup kita tidak mengalami kemajuan berarti. Kertas yang kita pakai untuk menuliskan sejumlah rencana dan janji itu ternyata sudah lama tercecer entah di mana. Kalaupun ada kemajuan, ternyata hati kecil kita terus berkata bahwa sesungguhnya kita masih jauh dari apa yang sepatutnya dapat kita raih. Artinya, potensi terbaik kita masih belum diberdayakan secara maksimal.

Tentu kita tidak ingin tahun ini berakhir dalam kesalahan yang sama. Kita menginginkan hidup yang lebih baik. Kita bosan terus menjadi orang yang serba kekurangan. Kita malu menjalani hidup yang tidak memberi manfaat apa-apa bagi sesama. Dan kita marah karena kita terus menerus jatuh dalam kesalahan yang sama.

Iya, saya harap Anda marah terhadap apa pun yang menghambat Anda meraih kehidupan terbaik. Marahlah, marah sampai Anda mendengar jiwa Anda berteriak keras: “Cukup! Sudah cukup! Aku mau berubah!”

Hanya setelah Anda mendengar teriakan itu, Anda dapat mengharapkan hidup yang lebih baik. Berangkat dari teriakan itulah, sekarang mari kita bicara tentang disiplin diri, sebagai pintu kita meraih kehidupan terbaik dalam karier dan kehidupan pribadi.

Apa itu Disiplin Diri?

Disiplin diri adalah kemampuan untuk membuat diri Anda melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu, yang memang perlu Anda lakukan demi meraih suatu kesuksesan, secara khusus pada saat Anda tidak suka untuk melakukan pekerjaan tersebut. Definisi ini penting untuk dipahami dengan sungguh-sungguh, maka saya usulkan agar Anda membacanya berulang kali secara perlahan sampai berhasil menghafalkannya.

Pada umumnya kita cenderung memilih melakukan pekerjaan sebatas yang kita suka saja dan menghindari kegiatan yang membuat kita tidak nyaman. Bila kita jujur, kecenderungan semacam ini sering kita lakukan, bahkan termasuk dalam hal menyelesaikan suatu pekerjaan yang sudah jelas akan membuat hidup kita menjadi lebih baik. Mengapa? Karena kita semua terlahir dengan sifat yang cenderung “merangkul kenikmatan dan menolak penderitaan.”

Sebagai contoh, mengapa Mr. X selalu merokok setelah makan? Karena ia berpikir bahwa merokok setelah makan memberi kenikmatan. Tetapi ketika Mr. X jatuh sakit lalu dokter memberi peringatan terakhir bahwa Ia akan mati dalam satu tahun bila tidak berhenti merokok, apa yang terjadi? Jika Mr. X terhitung orang yang masih normal, ia pasti akan berhenti merokok. Mengapa? Karena sekarang bagi Mr. X rokok setelah makan tidak lagi diasosiasikan sebagai “kenikmatan” melainkan “penderitaan” yakni kematian yang mengenaskan.

Contoh lain, perhatikan usulan saya agar Anda membaca ulang dan menghafalkan definisi disiplin diri di atas. Apakah Anda melakukannya? Selamat bagi Anda yang melakukan. Tapi saya yakin banyak yang tidak melakukan karena sudah menjadi sifat mereka. Bila Anda adalah salah satunya, sesungguhnya Anda baru saja mencontohkan kecenderungan kita yang merangkul kenikmatan dan menolak penderitaan. Dalam hal ini, pada dasarnya kita semua sama. Kita selalu lebih memilih yang mudah, menyenangkan dan serba instan.

Mohon perhatikan poin penting berikut ini. Ketika saya berkata “kita semua” memiliki kecenderungan atau sifat yang sama, artinya termasuk orang-orang sukses yang sering kita saksikan di layar kaca atau membaca di majalah bergengsi. Sebutlah nama seperti Bill Gates, Warren Buffet, Ronaldo, Rafael Nadal, Kobe Bryant, Tiger Woods, Tom Cruise, atau Barack Obama yang kita sebut hebat itu. Mereka semua sama seperti kita.

Pada dasarnya mereka ingin tidur lebih dari empat jam per hari. Ada waktunya ketika Ronaldo malas pergi latihan. Ada saatnya Kobe Bryant hanya ingin santai di depan televisi sambil menikmati makanan kesukaannya. Tetapi mereka berusaha mengalahkan semua kecenderungan itu dan pergi bekerja atau berlatih.

Lalu kita bertanya, mengapa mereka bangun subuh, pergi bekerja dan berlatih kalau mereka tidak suka? Jawabannya sederhana, karena mereka semua sadar bahwa untuk meraih kesuksesan seperti yang mereka capai saat ini ada harga yang harus mereka bayar. Harga itu bernama disiplin diri. Orang sukses adalah orang yang berhasil membuat dirinya melakukan suatu pekerjaan pada saat ia tidak suka melakukannya. Tanpa disiplin diri, seorang yang terlahir jenius sekalipun tidak akan mencapai sesuatu yang berarti dalam hidupnya.

Mengapa Penting?

Tulisan ini bermaksud mengingatkan dan membangunkan kita untuk mulai berubah. Cobalah kita renungkan berapa banyak kerugian yang telah kita alami karena ketidak-disiplinan kita. Dari segi karier, coba bayangkan posisi, jabatan dan kondisi keuangan Anda saat ini bila dalam lima tahun terakhir Anda berhasil membuat diri Anda mengerjakan hal-hal yang perlu Anda kerjakan di kantor, sekalipun Anda tidak suka atau malas mengerjakannya.

Dari segi pendidikan, coba bayangkan tingkat kesuksesan Anda hari ini bila sewaktu sekolah dulu Anda belajar baik-baik dan tidak menghabiskan waktu dengan teman-teman yang pemalas. Coba Anda bayangkan juga kerugian yang pernah Anda derita dalam hal hubungan. Mungkin ada hubungan yang rusak dengan suami, istri, anak-anak, orangtua, saudara, sahabat, teman, kekasih, atasan, atau hubungan dengan rekan kerja.

Pikirkan, kira-kira apa hasilnya bila dulu Anda berhasil mendisiplinkan atau menguasai diri untuk tetap mencintai pasangan Anda yang rewel dan menyebalkan itu. Baiklah, saya tahu, hal ini lebih mudah dibicarakan daripada dipraktikkan. Tetapi maksud saya, kalau banyak orang berhasil menjalaninya dengan baik, ada harapan bahwa Anda dan saya pun bisa, sekalipun mungkin harus melalui perjuangan berat.

Daftar kerugian yang telah kita derita sebagai akibat dari tidak disiplinnya diri kita bisa berlanjut sampai puluhan segi lainnya. Tetapi intinya adalah marilah kita tidak mengulang kesalahan yang sama. Kesalahan di masa lalu kita jadikan pelajaran, sekarang kita fokus untuk memperbaiki masa depan agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali, atau setidaknya berhasil dikurangi.

Bagaimana Membangun Disiplin Diri?

Ada beberapa alasan yang membuat seseorang tidak memiliki disiplin diri yang memadai. Berangkat dari pengalaman pribadi, saya mencatat dua faktor utama. Pertama adalah godaan untuk meraih kenikmataan dalam jangka pendek (instan). Setiap orang memiliki “keinginan untuk mendapatkan kenikmatan pada saat ini, tanpa menunggu.” Artinya, banyak dari kita yang lebih terfokus pada kenikmatan jangka pendek, dan berjuang sekeras-kerasnya agar terhindar dari penantian yang terlalu lama. Banyak di antara kita yang tidak sabar menunggu. Kita tidak suka menjalani proses. Kita ingin semuanya serba cepat. Kita ingin kesuksesan instan. Bila perlu kita mencari jalan potong. Jadi, pada dasarnya kita tidak suka disiplin diri.

Alasan kedua tiadanya disiplin adalah hilangnya visi atau gambaran-besar tentang masa depan. Mentalitas jangka pendek seperti yang kita bahas di atas menjadikan kita orang-orang yang gagal melihat masa depan. Bagaimana hal ini berhubungan dengan disiplin diri?

Anda akan menemukan bahwa orang-orang sukses – baik dalam bidang penjulan, olah raga, politik atau profesi lainnya – memiliki kebiasaan untuk berpikir dalam “kerangka jangka panjang.” Maksudnya, orang-orang sukses terlatih mendisiplinkan diri dalam membuat target untuk dicapai dalam kurun waktu tertentu. Kemudian mereka membawa diri ke masa depan dengan cara memvisualisasikan target yang telah dibuat tersebut, seolah-olah telah tercapai atau menjadi kenyataan.

Dalam imajinasi mereka, semua respons positif orang-orang terhadap keberhasilan pencapain target itu – baik dalam bentuk imbalan materi, penghargaan, kata-kata maupun perlakuan khusus – dapat mereka rasakan. Mereka bahkan dapat merasakan emosi kebahagiaan serta kepuasan batin dari semua kesuksesan tersebut. Bayangan dan imaginasi itu memacu serta memotivasi mereka untuk meraih cita-cita sekalipun harus melewati lorong gelap yang sangat panjang.

Sebagai contoh, saya ingat ketika masuk sekolah SMA di Tuhemberua-Nias. Waktu itu sekolah SMA yang dekat kampung saya belum ada sehingga kalau mau lanjut sekolah terpaksa harus menempuh jarak sekitar 20 KM ke ibukota kecamatan. Waktu itu karena keterbatasan ekonomi keluarga, setiap hari jam 5.00 subuh ibu saya selalu mendorong dan dengan sabar menyediakan obor sebagai penerang jalan agar saya tetap sekolah dengan jalan kaki melewati hutan yang gelap dan penuh keheningan. Belum lagi ketika musim hujan tiba, berkali-kali saya harus melewati menyeberangi banjir sungai karena rumah saya berada diseberang sungai. Saya harus sampai di sekolah tepat waktu untuk mengikuti pelajaran yang diberikan oleh bapak ibu guru.


Jujur saja, itu bukan pekerjaan yang menyenangkan. Ada kalanya saya begitu lelah dan merasa merinding dan takut melewati hari yang masih gelap dan banjir yang cukup mengancam. Tetapi saya sadar, menyerah bukan pilihan yang tepat karena saya punya tekad untuk sekolah setingi-tingginya. Lalu apa yang membuat saya terus bertahan, bahkan mampu melakukannya penuh dengan senyuman?

Jawabannya persis seperti konsep visualisasi di atas. Saat itu saya sering berdialog dengan diri saya sendiri. Saya membayangkan bahwa suatu hari kelak saya akan menjadi orang sukses. Saya membayangkan berdiri didepan orang banyak untuk berbagi sesuatu tentang kisah hidup saya yang menginspirasi banyak orang.

Pada saat melihat bapak ibu guru sedang berdiri didepan kelas membagikan sesuatu ilmu kepada anak didiknya, saya membayangkan saya lebih dari itu. Saya menembus waktu dan ruang. Saya melihat Firman Telaumbanua masa depan.

Itulah salah satu pengalaman saya tentang kekuatan visualisasi atau gambaran masa depan. Memang sampai saat ini saya belum diprofilkan, tetapi harapan dan gambaran besar itu terus memacu saya untuk terus melangkah maju. Apakah kelak wajah saya berhasil menghiasi indonesia? Saya tidak tahu. Tetapi saya tahu satu hal, bahwa visi, harapan dan gambaran besar itu terus memacu langkah saya untuk terus berkarya.


Bagaimana dengan Anda? Apakah saat ini Anda sedang menjalani hidup yang tidak menyenangkan? Apakah Anda sedang diminta menyelesaikan suatu pekerjaan baru dan itu mengganggu kenyamanan Anda? Usulan saya, jalani dan kerjakanlah dengan senyuman serta kebesaran jiwa.

Mungkin saat ini Anda menumpang di rumah mertua atau tinggal di rumah kecil, sehingga Anda merasa sering direndahkan, atau merasa rendah diri. Saran saya, sabarlah. Bayangkan rumah indah Anda lima tahun ke depan sebagai hasil keringat dan jerih payah Anda.

Ingat, semua orang memulai dari satu titik. Tidak penting bagaimana titik awal ketika Anda memulai perjuangan menuju kesuksesan. Yang terpenting adalah bagaimana titik akhirnya, karena itu, pastikan, pada akhirnya kelak Anda tampil sebagai pemenang.

Tapi, itu hanya mungkin bila Anda punya disiplin diri. Tanpa disiplin diri, orang yang terlahir jenius sekalipun tidak akan meraih sesuatu yang berarti dalam hidupnya. Karena itu, pastikan Anda melatih diri mulai saat ini dan mulai dari hal-hal kecil. Mungkin sekadar tidur satu jam lebih awal dari biasanya agar Anda dapat bangun lebih pagi untuk berolah raga? Mungkin sekadar menjaga kemuliaan kata-kata yang keluar dari mulut ini, agar tidak melukai hati orang lain? Atau mungkin sekadar menjaga diri agar tidak terus menerus tergoda untuk membeli barang-barang mahal yang sebenarnya tidak diperlukan? Rasanya poin terakhir ini penting agar budaya materialisme dapat dihentikan.

Bila Anda seorang tenaga penjual, bagaimana bila mulai hari ini Anda berkomitmen untuk tidak makan siang sebelum berhasil menelpon sejumlah prospek yang Anda targetkan? Bila Anda seorang istri, bagaimana bila Anda mendisiplinkan diri untuk menyambut suami pulang, dengan senyuman dan kasih sayang, sekalipun harus menunggu hingga larut malam?

Bila Anda seorang suami, bagaimna bila Anda berkomitmen setiap hari minggu memberikan waktu untuk istri dan anak-anak?

Intinya adalah, pikirkan satu hal, sesuatu yang kecil dan sederhana saja, lalu disiplinkan diri Anda untuk melakukannya selama dua minggu ke depan, lalu perhatikan bagaimana hasilnya.

Sebagai penutup, untuk membangun disiplin diri, ingat tiga hal berikut ini:

Pertama, kalahkan kecenderungan untuk menolak kesulitan. Ingat bahwa kesulitan dan penderitaan adalah guru para juara. Mari kita hadapi segala kesulitan dengan keyakinan dan kebesaran jiwa. Kesulitan berguna untuk melahirkan manusia unggul dan para pemimpin sejati. Pemimpin sejati adalah kebutuhan mendesak bangsa ini. Akankah kita menjadi salah seorang di antaranya?

Kedua, kalahkan kecenderungan untuk berfokus pada kenikmatan jangka pendek (sesaat). Ingat, kesuksesan dan kebahagiaan sejati tidak pernah datang dalam semalam. Kesuksesan dan kebahagiaan yang bertahan lama selalu menuntut harga untuk dibayar. Harga itu bernama disiplin-diri. Bayarlah harga kesuksesan Anda, mulai dari sekarang. Waktunya akan tiba ketika Anda mulai menikmati buahnya.

Ketiga, kalahkan kecenderungan hidup tanpa visi atau tanpa gambaran masa depan. Latih diri Anda untuk memvisualisasikan diri Anda lima atau sepuluh tahun ke depan. Bila Anda seorang manager di sebuah perusahaan, dapatkah Anda melihat diri Anda beranjak naik menjadi “CEO of the year”? Bila Anda seorang pengusaha muda, dapatkah Anda melihat sepuluh ribu orang bekerja di perusahaan Anda?

Saya mendengar seseorang bertanya, “Jadi, apakah semua visi, harapan dan bayangan indah itu akan terwujud?”

Saya menjawab, “Sangat mungkin!”

Tetapi, apa yang akan terjadi satu menit ke depan pun saya tidak tahu. Hanya satu hal yang saya tahu – bahwa visi, harapan dan bayangan itu terus memberi saya kekuatan untuk belajar mendisplinkan diri dan terus bergerak maju.

Saya hanya merindukan satu hal, ketika kelak Tuhan memanggil saya pulang, Ia menemukan saya sedang melakukan yang terbaik.”

Bagaimana dengan Anda?