Kawasan hutan di Provinsi Lampung
telah ditunjuk sejak jaman Pemerintah Kolonial Belanda, hal tersebut terbukti
dengan adanya bukti-bukti surat penetapan tentang kawasan hutan yang masih
dijadikan sebagai acuan/referensi untuk pengukuhan kawasan hutan di Provinsi
lampung. Penunjukkan kawasan hutan di
Provinsi Lampung telah mengalami 3 kali penetapan, yaitu :
- SK. NO. 67/Kpts-II/91 tanggal 31 Januari 1991, seluas 1.237.268 ha
- SK. NO. 416/Kpts-II/99 tanggal 15 Juni 1999, seluas 1.144.512 ha
- SK. NO. 256/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000, seluas 1.004.735 ha.
Tabel
3. Perubahan Luas Kawasan Hutan di
Provinsi Lampung
No.
|
Kondisi/Fungsi
|
SK. NO. 67/Kpts-II/91 (31
Januari 1991)
|
SK. NO. 416/Kpts-II/99 (15 Juni
1999)
|
SK. NO. 256/Kpts-II/2000 (23 Agustus 2000)
|
|||
Ha
|
%
|
Ha
|
%
|
Ha
|
%
|
||
1.
|
LUAS
DARATAN
|
3.301.545
|
100
|
3.301.545
|
100
|
3.301.545
|
100
|
2.
|
NON
KAWASAN HTN
|
2.064.277
|
62,52
|
2.157.033
|
65,33
|
2.296.810
|
69,57
|
3.
|
KAWASAN
HUTAN
|
1.237.268
|
37.48
|
1.144.512
|
34,67
|
1.004.735
|
30,43
|
a.
|
Kawasan
Hutan Konservasi
|
422.500
|
12,80
|
422.500
|
12,80
|
462.030*
|
13,99
|
b.
|
Hutan
Lindung
|
336.100
|
10,18
|
331.531
|
10,04
|
317.615
|
9,62
|
c.
|
HP.
Terbatas
|
44.120
|
1,34
|
44.120
|
1,34
|
33.358
|
1,01
|
d.
|
HP
Tetap
|
281.089
|
8,51
|
192.902
|
5,84
|
191.732
|
5,81
|
e.
|
HPK
|
153.459
|
4,65
|
153.459
|
4,65
|
---
|
---
|
Berdasarkan fungsinya, kawasan
hutan di Provinsi Lampung dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu :
1. Kawasan
Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya. Kawasan Hutan konservasi yang terdapat di Provinsi Lampung meliputi :
a. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam
baik daratan maupun perairan yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan
sistem zonasi yaitu dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Nasional
yang terdapat di Provinsi Lampung adalah Taman
Nasional Way Kambas dan Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan.
Kawasan lindung Bukit Barisan Selatan ditetapkan pada tahun 1935
sebagai Suaka Margasatwa melalui Besluit Van der Gouverneur-General van
Nederlandsch Indie No. 48 stbl. 1935 dengan nama Sumatera Selatan I (SS
I). Pada tanggal 1 April 1979, kawasan
ini memperoleh status Kawasan Pelestarian Alam yang kemudian ditetapkan sebagai
Taman Nasional melalui surat Pernyataan Meteri Pertanian No. 736/mentan/X/1982
tanggal 14 Oktober 1982. melalui SK
Menteri Kehutanan No. 185/Kpts-II/1987 tanggal 31 Mart 1997, statusnya berubah
menjadi Balai taman Nasional Bukit Barisan selatan. Selain kawasan darat seluas ± 356.800 Ha, ditetapkan
pula Cagar Alam Laut (CAL) Bukit Barisan Selatan Seluas ± 21.600 Ha dalam
pengelolaan TNBBS melalui SK Menhut No. 71/Kpts-II/1990 tanggal 15 Februari
1990.
Taman Nasional Way Kambas pada mulanya (tahun 1936)
berstatus sebagai Suaka Margasatwa (SM) yang didasarkan kepada surat penetapan
Residen Lampung Mr. Rook Maker yang kemudian dikukuhkan dengan Surat Keputusan
Gubernur Hindia Belanda, tanggal 26 Januari 1937 Nomor : 14 stbl. 1937. Pada tahun 1978, organisasi pengelola SM Way
kambas diserahkan kepada Sub Balai Kawasan Pelestarian alam (SBKPA) Way Kambas,
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 429/Kpts-II/1978 tanggal
10 Juli 1978. Kemudian pada tahun 1985
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 177/Kpts-II/1985 tanggal 2 Oktober
1985 SBKPA diubah menjadi Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam (SBKSDA). Pada tanggal 1 April 1989 Kawasan Suaka
Margasatwa Way Kambas dideklarasikan atau diumumkan oleh Menteri Kehutanan
sebagai Kawasan Taman Nasional dengan luas ±130.000
ha.
Pengurusan kedua Taman Nasional
tersebut berada dibawah kewenangan Kementerian Kehutanan, dimana Unit Pelaksana
Teknis yang ditunjuk adalah Balai Besar
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS) dan Balai Taman Nasional Way Kambas.
b. Kawasan
Cagar Alam adalah kawasan suaka
alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan
ekosistemnya atau ekosistem tertentu yangperlu dilindungi dan perkembangannya
berlangsung secara alami. Cagar alam
yang terdapat di Provinsi Lampung adalah berupa Cagar Alam Laut, yang terdapat
di 2 (dua) lokasi, Cagar Alam Laut Bukit Barisan Selatan dan cagar Alam Laut
Krakatau. Cagar Alam Laut (CAL) Bukit Barisan Selatan Seluas ± 21.600 Ha dalam
pengelolaan TNBBS ditetapkan melalui Surat Keputusan Menhut No. 71/Kpts-II/1990
tanggal 15 Februari 1990. Sedangkan Cagar Alam Laut Krakatau ditetapkan melalui
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.85/Kpts-II/1990 tanggal 7 Nopember 1990
dengan luas 13.735,10 ha. Kewenangan pengurusan kedua CAL tersebut adalah
dibawah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kehutanan, yaitu BBTNBBS dan
Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Lampung khusus untuk CAL Krakatau.
Dalam hal-hal tertentu, maka pihak pengelola melakukan koordinasi dengan
Pemerintah Provinsi Lampung dan juga Pemerintah Kabupaten setempat.
c. Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam
untuk tujuan koleksi tumbuhan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan
atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian ilmu pangetahuan,
pendidikan, penunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi alam. Taman
Hutan Raya (TAHURA) yang terdapat di Provinsi Lampung adalah Tahura Wan Abdul Rachman yang
ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
No.679/Kpts- II/1999 dengan luas 22.245,00 ha. Berdasarkan PP No. 38 Tahun
2007, pengurusan Tahura merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi. Berdasarkan
ketentuan tersebut Pemerintah Provinsi lampung telah menunjuk dan menetapkan
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Tahura Wan Abdul Rachman sebagai pengelola
Tahura Wan Abdul Rachman.
2. Kawasan
Hutan Lindung adalah kawasan hutan
yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sitem penyangga kehidupan
makhluk hidup, pengaturan tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung tersebar di seluruh
wilayah kabupaten di Provinsi Lampung. Dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
No. 256/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000, Kawasan Hutan Lindung di Provinsi
Lampung memiliki luas 317.615
ha.
3. Kawasan
Hutan Produksi adalah kawasan hutan
yang mempunyai fungsi pokok produksi hasil hutan. Berdasarkan kondisi biofisik
lapangan, hutan produksi di Provinsi Lampung dibagi menjadi 2 (dua) macam,
yaitu : Kawasan Hutan Produksi Tetap seluas 33.358 ha dan Kawasan Hutan
Produksi Terbatas seluas 191.732 ha.
Kawasan Hutan Produksi Tetap tersebar di wilayah pesisir Lampung Barat.
Sedangkan Kawasan Hutan Produksi Tetap sebagian besar tersebar wilayah Utara
Provinsi Lampung, antara lain Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Tulang Bawang,
Mesuji, Tulang Bawang Barat, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung
Utara, Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pesawaran.
Kondisi hutan di Provinsi Lampung
pada saat ini sungguh sangat memprihatinkan, dimana tingkat kerusakannya masih
tinggi, yaitu ± 67,24 %. Berdasarkan
kondisi faktual di lapangan, tingginya angka kerusakan kawasan hutan di
Lampung, tidak terlepas dari belum optimalnya pengurusan kawasan hutan di
Provinsi Lampung pada saat ini. Data
tersebut didasarkan kepada Kondisi
Penutupan Kawasan Hutan Provinsi Lampung Hasil Analisis Citra Landsat TM7 Tahun 2003 Rekalkulasi Tahun 2005
(Departemen Kehutanan) sebagaimana tersaji dalam Tabel 3.
Tabel 4 :
Kondisi Penutupan Kawasan Hutan
Provinsi Lampung Hasil Analisis Citra
Landsat TM7 Tahun 2003 Rekalkulasi Tahun 2005
KATEGORI PENUTUPAN HUTAN
|
KAWASAN HUTAN BERDASARKAN FUNGSINYA
|
JUMLAH
|
||||||
Hutan Konservasi
|
Hutan Lindung
|
Hutan Produksi
|
||||||
Ha
|
%
|
Ha
|
%
|
Ha
|
%
|
Ha
|
%
|
|
HUTAN
|
140.700
|
30,45
|
44.400
|
13,98
|
13.200
|
5,86
|
198.300
|
19,74
|
NON HUTAN
|
224.800
|
48,65
|
260.600
|
82,05
|
190.200
|
84,50
|
675.600
|
67,24
|
TIDAK ADA DATA
(awan)
|
96.530
|
20,89
|
12.615
|
3,97
|
21.690
|
9,64
|
130.835
|
13,02
|
JUMLAH
|
462.030
|
317.615
|
225.090
|
1.004.735
|
Setelah dilakukan berbagai upaya dalam melestarikan
dan memperbaiki kawasan hutan di Provinsi Lampung, maka terjadi penurun tingkat kerusakan menjadi 65,47 %. Data tersebut berdasarkan interpretasi Citra Landsat TM7 Tahun 2005 Rekalkulasi Tahun 20085 (Departemen
Kehutanan) sebagaimana tersaji dalam Tabel 4.
Tabel 5 :
Kondisi Penutupan Kawasan Hutan
Provinsi Lampung Hasil Analisis Citra
Landsat TM7 Tahun 2005 Rekalkulasi Tahun 2008
KATEGORI PENUTUPAN HUTAN
|
KAWASAN HUTAN BERDASARKAN FUNGSINYA
|
JUMLAH
|
||||||
Hutan Konservasi
|
Hutan Lindung
|
Hutan Produksi
|
||||||
Ha
|
%
|
Ha
|
%
|
Ha
|
%
|
Ha
|
%
|
|
HUTAN
|
165.500
|
35,82
|
44.800
|
14,11
|
14.500
|
6,44
|
224.800
|
22,37
|
NON HUTAN
|
208.400
|
45,11
|
260.100
|
81,89
|
189.300
|
84,10
|
657.800
|
65,47
|
TIDAK ADA DATA
(awan)
|
88.130
|
19,07
|
12.715
|
4,00
|
21.290
|
9,46
|
122.135
|
12,16
|
JUMLAH
|
462.030
|
317.615
|
225.090
|
1.004.735
|
Sumber .
http://blogdishutlampung.blogspot.com/.
Diakses tanggal 16 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar